.. Pertama aku bakal jelasin dulu awal ketertarikan aku pada teenlit ini. Saat maen ke situs gagas di gagasmedia.net aku langsung kecantol pada sidebar gagas yang memampang buku-buku baru. Mata aku tertuju tajam pada buku yang penuh dengan latar putih (cover-nya ) ini, yang menempatkan satu piano dengan warna-warni not-nya. Covernya membawa kesan jauh dari cover teenlit-teenlit yang pernah ada. Penasaran aku mulai muncul saat aku baca tuh sinopsisnya. Wah, mesti dibaca nih! Pikir aku saat itu.
Aku dapetin buku ini seperti buku-buku gagas lainnya. belinya waktu lagi jalan sama ve *bestfriend laa :D Wah saat buka lembaran-lembaran pertama kupikir ceritanya bakal sedikit rumit tapi… setelah bab II hingga beberapa bab berikutnya ceritanya nggak ribet. Bahkan aku harus katakan ceritanya cukup sederhana, tentang story; persahabatan, cinta, cita-cita–seperti cerita cinta yang udah bisa diterka deh. Tapi–buku ini menunjukan sudut pandang yang berbeda. Ada hal-hal yang perlu kamu tahu di balik cerita cinta yang kayaknya ‘klasik’ ini.
Aku dapetin buku ini seperti buku-buku gagas lainnya. belinya waktu lagi jalan sama ve *bestfriend laa :D Wah saat buka lembaran-lembaran pertama kupikir ceritanya bakal sedikit rumit tapi… setelah bab II hingga beberapa bab berikutnya ceritanya nggak ribet. Bahkan aku harus katakan ceritanya cukup sederhana, tentang story; persahabatan, cinta, cita-cita–seperti cerita cinta yang udah bisa diterka deh. Tapi–buku ini menunjukan sudut pandang yang berbeda. Ada hal-hal yang perlu kamu tahu di balik cerita cinta yang kayaknya ‘klasik’ ini.
Kisah di dalam karya Fenny Wong ini dimulai ketika Arlin kepaksa mengikuti kemauan adiknya (Dora) yang sudah terlanjur membeli 2 tiket konser Brunhilde Zimmermann saat liburan kenaikan kelas. Di tempat konser Brunhilde Zimmermann dia bertemu teman satu angkatannya Aldo–yang kebetulan menjadi pianis pembuka. Perkenalan mereka di konser musik itu, membawa cerita tersendiri hingga keduanya solid dalam titik persahabatan.
Selama setahun menjalin persahabatan dengan Aldo, muncul Liora di antara mereka. Arlin menjadi sedikit jengah dengan kehadiraan Liora begitu saja, yang masuk kedalam kehidupan Aldo dengan mulus, sehingga rasanya posisi Arlin agak ‘tersingkir.’ Mereka terlibat cinta khas anak muda… pokoknya enak dibaca. Trus kamu nggak perlu melihat keruwetan cerita soalnya Fenny pintar banget mengolah kata-katanya, hingga konflik per konflik menjadi renyah untuk dibaca. Dan satu hal lagi ceritanya, begitu singkat dan nggak bertele-tele.
Sayangnya ada beberapa tulisan yang aku sendiri pun nggak mengerti; Pertama, pada halaman 149 dan dan 151, aku sempat baca berluang-ulang dua halaman itu hingga memaksa aku membaca dari awal lagi tuh novel, masalahnya dalam dua halaman itu nggak menjelaskan alasan yang jelas kenapa sampai seminggu ini Liora nggak masuk sekolah. (atau kemungkinan besar aku nggak jeli membacanya… semoga aku yang salah nilai deh.) Yang kedua, aku harus bolak-balik lembaran-lembaran Moonligt Waltz lagi untuk mengetahui udah berapa kali si Liora dan Aldo menjalin hubungan… untung aku baca ulang, jadi nggak pusing. Trus yang ketiga, ceritanya begitu to the point!
Pokoknya ‘Moonlight Waltz, simpel, ringan, enak, renyah seperti Popcorn, namun menyedihkan.
Bagian ending-nya meski nggak tajem bener, tapi cukup mengesankan. Sempat sih nggak nyangka ada endingnya kayak gini. Di situ juga kamu bisa tahu apa itu ‘Moonlight Waltz’…
Keunggulannya, Fenny mengangkat cerita sederhana dengan gaya penuturan yang berbeda. Ceritanya nggak seribet dibayangkan. Buat kamu penyuka buku yang ringan atau dapat sekali baca dalam sehari atau juga… yang suka dengan buku yang enak dibawa kemana aja, inilah novelnya. Nggak ribet, nggak perlu maksa otak lo ikut mikir namun endingnya seperti Kejutan. Untuk yang mau beli nih buku, coba deh baca dulu sinopsis-nya…
=============================================================
sinopsisnya ..
Pandangan arlin terhadap piano berubah sejak Dora—adiknya—mengajaknya nonton konser Brunhilde Zimmermann, pianis terkenal asal Jerman di Sabuga. Saat itu, alunan permainan piano dari Aldo—teman sekelas Arlin di sekolah—yang menjadi guest pianist di acara tersebut tanpa sengaja ‘menyihir’ Arlin.
Sejak perkenalan itulah, hubungan Arlin dan aldo semakin erat dan berbuah persahabatan. Meski Aldo adalah anak yang susah ditebak, namun satu hal yang bisa dipastikan oleh Arlin, ia seorang pekerja keras sejati. Aldo rela mengorbankan apa saja demi sesuatu yang disukainya.
Meski sudah setahun mereka menjadi sepasang sahabat, tapi banyak hal yang belum diketahui Arlin tentang Aldo. Termasuk tentang Liora, cewek kalem yang belakangan baru diketahui adalah mantannya Aldo.
Keberadaan Liora ternyata jauh dari bayangan Arlin. Liora bukan hanya sekadar mantan yang mudah dilupakan begitu saja. Tetapi, Liora adalah cewek yang selalu ada di hati Aldo. Meski Aldo sering kali menolak keberadaan rasa cintanya terhadap Liora, namun sorot mata Aldo tidak bisa berbohong.
Hal inilah yang menjadi awal kegundahan Arlin terhadap Aldo dan tentunya Liora. Cewek ini berhasil mendapatkan perhatian istimewa dari Aldo. Arlin merasa terusik dengan hadirnya Liora. Tidak hanya itu, Arlin juga merasa tidak bisa lagi berduaan dengan Aldo. Selalu saja ada Liora di antara mereka, meski keberadaan Liora hanya sebatas dalam hati Aldo.
Kisah persahabatan Arlin dan Aldo seketika berubah menjadi sebuah dilema. Arlin merasa ikatan yang ada di antara Aldo dan Liora begitu kuat. Sesuatu yang menyatukan mereka tak akan menghilangkan cinta di antara mereka. Sanggupkah Arlin melewati ikatan di antara Aldo dan Liora?
======================================================
Selama setahun menjalin persahabatan dengan Aldo, muncul Liora di antara mereka. Arlin menjadi sedikit jengah dengan kehadiraan Liora begitu saja, yang masuk kedalam kehidupan Aldo dengan mulus, sehingga rasanya posisi Arlin agak ‘tersingkir.’ Mereka terlibat cinta khas anak muda… pokoknya enak dibaca. Trus kamu nggak perlu melihat keruwetan cerita soalnya Fenny pintar banget mengolah kata-katanya, hingga konflik per konflik menjadi renyah untuk dibaca. Dan satu hal lagi ceritanya, begitu singkat dan nggak bertele-tele.
Sayangnya ada beberapa tulisan yang aku sendiri pun nggak mengerti; Pertama, pada halaman 149 dan dan 151, aku sempat baca berluang-ulang dua halaman itu hingga memaksa aku membaca dari awal lagi tuh novel, masalahnya dalam dua halaman itu nggak menjelaskan alasan yang jelas kenapa sampai seminggu ini Liora nggak masuk sekolah. (atau kemungkinan besar aku nggak jeli membacanya… semoga aku yang salah nilai deh.) Yang kedua, aku harus bolak-balik lembaran-lembaran Moonligt Waltz lagi untuk mengetahui udah berapa kali si Liora dan Aldo menjalin hubungan… untung aku baca ulang, jadi nggak pusing. Trus yang ketiga, ceritanya begitu to the point!
Pokoknya ‘Moonlight Waltz, simpel, ringan, enak, renyah seperti Popcorn, namun menyedihkan.
Bagian ending-nya meski nggak tajem bener, tapi cukup mengesankan. Sempat sih nggak nyangka ada endingnya kayak gini. Di situ juga kamu bisa tahu apa itu ‘Moonlight Waltz’…
Keunggulannya, Fenny mengangkat cerita sederhana dengan gaya penuturan yang berbeda. Ceritanya nggak seribet dibayangkan. Buat kamu penyuka buku yang ringan atau dapat sekali baca dalam sehari atau juga… yang suka dengan buku yang enak dibawa kemana aja, inilah novelnya. Nggak ribet, nggak perlu maksa otak lo ikut mikir namun endingnya seperti Kejutan. Untuk yang mau beli nih buku, coba deh baca dulu sinopsis-nya…
=============================================================
sinopsisnya ..
Pandangan arlin terhadap piano berubah sejak Dora—adiknya—mengajaknya nonton konser Brunhilde Zimmermann, pianis terkenal asal Jerman di Sabuga. Saat itu, alunan permainan piano dari Aldo—teman sekelas Arlin di sekolah—yang menjadi guest pianist di acara tersebut tanpa sengaja ‘menyihir’ Arlin.
Sejak perkenalan itulah, hubungan Arlin dan aldo semakin erat dan berbuah persahabatan. Meski Aldo adalah anak yang susah ditebak, namun satu hal yang bisa dipastikan oleh Arlin, ia seorang pekerja keras sejati. Aldo rela mengorbankan apa saja demi sesuatu yang disukainya.
Meski sudah setahun mereka menjadi sepasang sahabat, tapi banyak hal yang belum diketahui Arlin tentang Aldo. Termasuk tentang Liora, cewek kalem yang belakangan baru diketahui adalah mantannya Aldo.
Keberadaan Liora ternyata jauh dari bayangan Arlin. Liora bukan hanya sekadar mantan yang mudah dilupakan begitu saja. Tetapi, Liora adalah cewek yang selalu ada di hati Aldo. Meski Aldo sering kali menolak keberadaan rasa cintanya terhadap Liora, namun sorot mata Aldo tidak bisa berbohong.
Hal inilah yang menjadi awal kegundahan Arlin terhadap Aldo dan tentunya Liora. Cewek ini berhasil mendapatkan perhatian istimewa dari Aldo. Arlin merasa terusik dengan hadirnya Liora. Tidak hanya itu, Arlin juga merasa tidak bisa lagi berduaan dengan Aldo. Selalu saja ada Liora di antara mereka, meski keberadaan Liora hanya sebatas dalam hati Aldo.
Kisah persahabatan Arlin dan Aldo seketika berubah menjadi sebuah dilema. Arlin merasa ikatan yang ada di antara Aldo dan Liora begitu kuat. Sesuatu yang menyatukan mereka tak akan menghilangkan cinta di antara mereka. Sanggupkah Arlin melewati ikatan di antara Aldo dan Liora?
======================================================
thanks for reading :) hope you enjoyed it.
BalasHapus